NAWAITU

Seorang bapak berkata kepada anaknya yang masih kelas satu SD "hari ini bapak mau kepasar, apa kamu mau ikut?" spontan sang anak menjawab girang sambil berteriak "tentu yah…" buru-buru sang ayah menyusuli "eits.., kalau mau ikut ada syaratnya, kamu mau?bocah yang masih ingusan itu pun terdiam,"apa dong syaratnya?" sang ayah tersenyum dan berkata, "nah, Ade boleh ikut, tapi syaratnya tentukan dulu dong apa yang kamu inginkandan ingat pilihannya Cuma satu, kalau sudah milih ade nggak boleh minta yang lain.gimana?" sekali lagi anak itu garuk-garuk kepala, tapi kali ini wajahnya terlihat sumringa "ya, Ade minta mainan" teriaknya penuh kegirangan "Oya…?apaan dong mainannya, mainan kan banyak?""kalau gitu…"berpikir sebentar"mobil-mobilan, yang bisa jalan sendiri yah.."jawabnya mantap, kali ini ia tentukan sendiri jenisnya."janji, nggak lainnya?" "janji!!"

Anak kecil, dengan segala keluguannya, tentu memiliki keinginan yang bermacam-macam, bahkan terkadang nyaris tek terkandalikan. Cerita di atas barang kali merupakan sebuah bukti bahwa keinginan bocah terhadap sesuatu demikian besarnya yang akhirnya akan membuat sang ayah merasa perlu memprogamnya agar "keliaran" sang anak bisa dikendalikan. Apa yang ditangkap bocah tersebut dari pertanyaan ayahnya tentu sangat penting sebagai bentuk pembelajaran menentukan sikap dalam menghadapi sesuatu. Sang anak bisa tau bagaimana harus berbuat ketika suatu saat dihadapkan pada satu kenyataan dimana dia harus memutuskan pilihan terbaiknya. Hal ini akan sangat berbeda ketika sang ayah akan melepaskan sikap anak tersebut untuk menentukan sesuatu yang belum jelas, macam-macam bentuknya. Bisa jadi acara yang direncanakan menjadi batal atau kocar-kacir ditengah jalan.
Dalam kehidupan kita sering melalaikan satu hal penting yang sebenarnya adalh pokok dari apa yang kita kerjakan nantinya. Bahkan nilainya lebih berharga dari pada perkerjaan itu sendiri. Itulah NIAT, tak jarang sebuah perbuatan, perjalanan, proses, atau apa saja yang kita lakukan berjalan begitu saja tanpa nawaitu yang jelas. Mungkin karena kondisi lingkungan menuntu demikian ya kita ikut-ikut saja, atau mungkin saja karena tidak ada pilihan lain kemudian menjalankannya opo anane.
Jelas pekerjaan yang demikian tidak akan dapat sesuatu yang memuaskan apalagi maksimal. Karena dasarnya saja sudah keropos, hampa tujuan dan tentu dilakukan dengan tidak sepenuh hati. Pun pelakunya tentu tak akan bisa mengecap manisnya sebuah proses yang hakiki. Esensi pekerjaan seseorang tergantung nawaitunya begitulah kata orang bijak, seperti dalam hadist nabi yang berbunyi:

انما الاعمال بالنيات
Coba kita renungkan !!!! SO…..Apa NAWAITUMU????


(by.sakajati lamongan)

lanjutkan......

DARAH MENSTRUASI

Pada dasarnya darah menstruasi ada berbagai warna. Dalam kitab Hasyiah Asy-syaikh Ibrahim Al-Bajuri disebutkan tentang warna-warna darah menstruasi, kesimpulannya adalah ada lima (5) macam warna darah menstruasi yaitu sebagai berikut:
1. Hitam pekat
2. Merah
3. Blonde (merah kekunung-kuningan)
4. Kuning
5. Keruh


Dan dalam segi kuatnya darah tersebut dikatakan darah menstruasi adalah darah yang berwarna Hitam pekat, kemudian warna Merah, warna Blonde,warna Kuning kemudian yang terakhir warna Keruh, akan tetapi ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa warna Keruh ini menempati urutan yang ke empat yaitu setelah warna Blonde.



(by.sakajati lamongan)


lanjutkan......